Bentuk lainnya adalah hubungan yang lebih berbahaya ketimbang bentuk hubungan yang baru saja disebutkan, yaitu hubungan suka dan ketertarikan sehingga sampai pada satu titik di mana ia mencintainya 'bersama' Allah dan bukan 'kerana' Allah.
Dengan hubungan seperti ini, ia sanggup mela-kukan beberapa amalan 'ibadah' untuk orang yang dicintainya. Masalah ini muncul disebabkan oleh banyak faktor yang pada tahap awalnya nampak sederhana, namun kemudian berkembang dan membesar, sehingga kedua orang tersebut atau salah satu di antara mereka, sama sekali tidak sanggup berpisah, ia harus selalu bersamanya, melihatnya, dan berhubungan dengannya melalui telepon, yang terkadang menghabiskan waktu berjam-jam setiap hari.
Dan yang lebih berat dari itu, ia memikirkannya dalam shalat, ketika bacaannya sampai pada firman Allah:
"Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan" (al-Fatihah [1]: 5).
Pikirannya menerawang bersama sahabat yang dicintainya; bak udara yang dihirup olehnya, jika kehilangan walau hanya sesaat, ia merasakan sakit yang teramat dahsyat kerana perpisahan itu. Dan sakit itu baru reda bila ia bertemu kembali dengannya.
Hubungan ketertarikan yang maha dahsyat ini memiliki beberapa derajat yang berbeda, yang sebagiannya dapat dikategorikan dalam ghuluw (ekstrem) yang berakhir pada syirik akbar.
Beberapa orang memungkiri hal ini dan bertanya: "Bagaimana hal tersebut boleh terjadi?" Namun saya katakan: ini ada-lah fakta! Dalam konteks ini, kita kembali kepada pengertian hadith Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Agar mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali kerana Allah."
Beliau tidak mengatakan Agar mencintai seseorang (langsung) kerana Allah, kerana Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang Maha Bijaksana dan Maha Alim, Tahu bahawa antara sesama manusia dapat tumbuh hubungan yang tidak legal dan terkadang sangat kuat.
Sementara syaitan mengelabui manusia seakan-akan hubungan tersebut adalah wujud ukhuwah kerana Allah, padahal hakikatnya tidak demikian. Kadang kala syaitan juga menghiasi hubungan tersebut dengan beberapa amalan ibadah yang dikerjakan bersama, namun sebenarnya tidak terlepas dari nafsu yang dilarang oleh syari'at.
Dengan alasan menghindari kritikan pihak lain atau menyakiti perasaan, seorang di antara mereka mengajak sahabatnya:
"Bagaimana jika kita membaca buku bersama? Mendengar kaset? Menghafal al-Qur'an? Tahajjud bersama?"...
Mereka berdua melaksanakan program bersama tersebut untuk beberapa saat lamanya atau dalam waktu-waktu tertentu, namun hakikat amalan tersebut tidak termasuk ukhuwah kerana Allah, melainkan masing-masing mencuba untuk bertahan menipu diri sendiri atau menampakkan diri di depan orang-orang lain bahawa hubungan tersebut merupakan ukhuwah kerana Allah, padahal hakikatnya tidak demikian. Bahkan, jika keduanya duduk bersama membaca al-Qur'an, masing-masing memikirkan sahabatnya dan sama sekali tidak mengerti apa yang dibaca, demikian seterusnya.
Hubungan ketertarikan yang maha dahsyat ini memiliki beberapa derajat yang berbeda, yang sebagiannya dapat dikategorikan dalam ghuluw (ekstrem) yang berakhir pada syirik akbar.
Beberapa orang memungkiri hal ini dan bertanya: "Bagaimana hal tersebut boleh terjadi?" Namun saya katakan: ini ada-lah fakta! Dalam konteks ini, kita kembali kepada pengertian hadith Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Agar mencintai seseorang, ia tidak mencintainya kecuali kerana Allah."
Beliau tidak mengatakan Agar mencintai seseorang (langsung) kerana Allah, kerana Allah Subhanahu wa Ta'ala Yang Maha Bijaksana dan Maha Alim, Tahu bahawa antara sesama manusia dapat tumbuh hubungan yang tidak legal dan terkadang sangat kuat.
Sementara syaitan mengelabui manusia seakan-akan hubungan tersebut adalah wujud ukhuwah kerana Allah, padahal hakikatnya tidak demikian. Kadang kala syaitan juga menghiasi hubungan tersebut dengan beberapa amalan ibadah yang dikerjakan bersama, namun sebenarnya tidak terlepas dari nafsu yang dilarang oleh syari'at.
Dengan alasan menghindari kritikan pihak lain atau menyakiti perasaan, seorang di antara mereka mengajak sahabatnya:
"Bagaimana jika kita membaca buku bersama? Mendengar kaset? Menghafal al-Qur'an? Tahajjud bersama?"...
Mereka berdua melaksanakan program bersama tersebut untuk beberapa saat lamanya atau dalam waktu-waktu tertentu, namun hakikat amalan tersebut tidak termasuk ukhuwah kerana Allah, melainkan masing-masing mencuba untuk bertahan menipu diri sendiri atau menampakkan diri di depan orang-orang lain bahawa hubungan tersebut merupakan ukhuwah kerana Allah, padahal hakikatnya tidak demikian. Bahkan, jika keduanya duduk bersama membaca al-Qur'an, masing-masing memikirkan sahabatnya dan sama sekali tidak mengerti apa yang dibaca, demikian seterusnya.
***
Ibnul-Qayyim juga memiliki beberapa kerangka
solusi yang cukup handal unluk mengatasi masalah ini. Ia berkata,
"Jika penyelesaian masalah ini menuntut seseorang untuk meninggalkan sahabatnya, dengan cara berhijrah ke negeri lain sehingga tidak lagi menjumpainya, mengetahui beritanya, terbebas dari perasaan yang mengikat dan pengaruhnya, maka hendaknya ia menempuh cara ini agar dapat menyelamatkan agamanya."
solusi yang cukup handal unluk mengatasi masalah ini. Ia berkata,
"Jika penyelesaian masalah ini menuntut seseorang untuk meninggalkan sahabatnya, dengan cara berhijrah ke negeri lain sehingga tidak lagi menjumpainya, mengetahui beritanya, terbebas dari perasaan yang mengikat dan pengaruhnya, maka hendaknya ia menempuh cara ini agar dapat menyelamatkan agamanya."
***
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu agar terhindari dari mencintai kerana-Mu, sementara
Engkau benci atau murka kepadaku."
"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu agar terhindari dari mencintai kerana-Mu, sementara
Engkau benci atau murka kepadaku."
***
Ya Allah...
Gantikan hati itu dengan hati yang lain
***
"Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya"
(33:4)
Ya Allah...
Gantikan hati itu dengan hati yang lain
***
"Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya"
(33:4)
Sumber: Virus-virus ukhuwah